Masyarakat di Pusaran Harga Minyak Goreng yang Meroket dan Kenaikan Harga BBM

Masih hangat kehebohan harga minyak goreng yang melambung tinggi, setelah sempat hilang di pasaran dan membuat masyarakat panik, terutama para pedagang dan ibu rumah tangga yang sehari-hari tidak lepas dari minyak goreng. Minyak goreng yang merupakan salah satu komoditas dari sembilan bahan pokok yang bersifat strategis dan multiguna. Dimana kedua sifat tersebut membuat minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Harga minyak goreng beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi, disebabkan adanya peningkatan harga CPO dunia yang ikut memicu peningkatan harga CPO domestik dan jumlah persedian CPO untuk pasar domestik.

Saran mengurangi makanan berjenis gorengan menjadi makanan yang diolah dengan cara lain merupakan saran yang tidak semudah membalikan telapak tangan.Kita lihat saja yang paling terdampak adalah pedagangan makanan berjenis gorengan, yang mengumpulkan rupiah untuk kehidupannya dari hasil menjual makanan kecil (snack) berupa gorengan terutama di bulan Ramadhan seperti saat ini. Dimana bulan Ramadhan merupakan bulan yang benar benar menjadi berkah untuk mereka, dengan peningkatan omset.

Masih merasakan kenaikan harga minyak goreng, masyarakat harus juga merasakan harga BBM yang kompak naik yaitu jenis RON (92) Pertamax di awal April 2022 ini. Kondisi ini tentu akan membuat kebutuhan pokok lain akan ikut meroket. Sementara, daya beli masyarakat masih lemah akibat dampak dari pandemi Covid-19. Kebijakan Pemerintah yang menaikkan harga BBM secara terburu-buru dapat semakin mempersulit masyarakat kecil.

Dari Data bahwa PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax pada 1 April 2022. Harga BBM dengan RON 92 itu naik dari sekitar Rp. 9.000 - Rp. 9.400 per liter jadi Rp. 12.500 - Rp. 13.000 per liter di 34 provinsi di Indonesia. Sementara itu, untuk BBM subsidi seperti Pertalite tidak mengalami perubahan harga atau ditetapkan stabil di harga Rp. 7.650 per liter. Adapun porsi konsumsi BBM subsidi mencapai 83 persen, sedangkan porsi konsumsi Pertamax hanya 14 persen. Alasan kenaikan ini seiring dengan semakin melonjaknya harga minyak mentah dunia. Krisis geopolitik Rusia-Ukraina telah membuat harga minyak dunia melambung tinggi di atas 100 dollar AS per barrel. Hal ini pun mendorong harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) per 24 Maret 2022 mencapai 114,55 dollar AS per barrel, atau melonjak hingga 56 persen dari periode Desember 2021 yang sebesar 73,36 dollar AS per barrel.

Apa yang bisa dilakukan dan bagaimana masyarakat menyikapi kenaikan harga minyak gorrng, dan Bahan Bakar Minyak?

Masyarakat harus memperketat dan mengurangi pengeluaran konsumtif dengan melatih diri membiasakan budaya hemat.Memaksimalkan jumlah penumpang dalam satu kendaraan. Menggunakan modal transportasi non BBM, bisa saja sekali waktu bersepeda atau berjalan kaki bagi yang masih kuat dan sehat.Kondisi yang sebagian besar dari kita pernah melakukan hal serupa pada masa lalu tapi mugkin sudah terlupakan.

Berikutnya Pertanyaan yang kita tujukan kepada Pemerintah, ”Apa yang sebaiknya dilakukan Pemerintah dengan kondisi ini ?”

Untuk kenaikan harga minyak, pemberian BLT pada pedagang dirasa tidak cukup, dimana berdasarkan data, kebutuhan minyak goreng pedagang perhari adalah 2-4 liter. Hal ini berarti setiap bulannya pedagang membutuhkan minimal 60 liter minyak goreng. “(Beli) 60 liter (dengan bantuan) Rp. 100.000, tentu tidak mencukupi. Karena Rp. 100.000 kalau kita bicara saja minyak goreng curah sebulan Rp. 14.000, artinya tidak mencukupi untuk kebutuhan mereka. Jadi sebetulnya ini tidak menyelesaikan permasalahan, baik permasalahan jangka pendek bagi para UMKM sendiri ditambah juga jangka panjang yang tentu diharapkan masyarakat adalah tidak berulang setiap tahunnya. Mungkin ada baiknya pemerintah mulai memikirkan bantuan untuk memberdayakan perkebunan rakyat yang lebih lanjut bisa menjadi pabrik skala kecil sehingga dapat memenuhi kebutuhan wilayah sekitar. Memulai diberdayakan UKM-UKM untuk bisa memproduksi minyak goreng dengan juga skala pabrikan kecil dan bisa tersebar.

Selain itu pemerintah yang memiliki kewajiban memeberikan kompensasi subsidi BBM yang lebih tinggi akibat terus naiknya harga minyak secara global.Dan perlu adanya update data secara rutin agar penyalurannya lebih tepat sasaran, melihat kebelakang tentang penyaluran bantuan sosial lain dan pencatatatn bantuan iuran (PBI) BPJS kesehatan yang masih banyak kendala.Dan harus mendukung langkah-langkah mengamankan masyarakat, melihat secara detail kenaikan harga barang-barang dan harga minyak yang kemudian membuat kebijakan yang bisa menjaga daya beli masyarakat, dan menjaga perekonomian Negara. Selain itu Kelebihan penerimaan yang didapat Negara dialokasikan untuk mendukung kebutuhan masyarakat.

Lebih jauh Kenaikan Bahan Bakar Minyak akan berimbas pada kenaikan harga bahan pokok yang jelas akan menekan dan menurunkan daya beli masyarakat, terutama masyarakat rentan. Meski di tahun 2022 ini pemerintah telah mengalokasikan anggaran program perlindungan sosial sebesar Rp. 431,5 triliun, kebutuhan riil masyarakat rentan untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan dan energi dipastikan jauh lebih besar. Kebijakan pemberian subsidi dan bantuan sosial memang akan memperpanjang napas dan daya tahan keluarga rentan menghadapi situasi krisis. Meski demikian, kenaikan harga kebutuhan pokok yang terus melambung tentu akan menimbulkan dampak yang tidak mudah untuk diatasi.

Dan kenaikan harga minyak,serta kenaikan harga BBM ini akan jelas terlihat menjelang mudik Lebaran 2022, dikuatirkan juga akan terjadi kelangkaannya. Hal tersebut diprakirakan bisa menjadi hambatan dalam arus mudik pertama yang diizinkan pemerintah dalam dua tahun berlangsungnya pandemi. Untuk itu kelangkaan BBM penting diperhatikan dalam perencanaan mudik, jika BBM masih seperti ini, akan mengganggu mobilitas pada saat mudik. Ada harapan pada saat mudik nanti kelangkaan BBM solar menjadi perhatian penuh sehingga tidak seperti sekarang.

Dan Semoga pemerintah dapat berkaca dari pengalaman yang selama ini terjadi, dan bersedia belajar serta benar-benar memastikan roadmap yang terarah dan kontekstual untuk menyelesaikan akar masalah kenaikan harga minyak goreng, dan harga bahan bakar minyak yang mendongkrak kenaikan harga pangan yang selama ini selalu menghantui masyarakat rentan. Korban telah banyak berjatuhan. Pandemi covid-19 yang tak kunjung usai dan kenaikan harga pangan adalah dua pukulan yang berpotensi mematikan potensi swakarsa masyarakat mengatasi tekanan kebutuhan hidup. Sehingga Kesungguhan pemerintah untuk mencari dan mengatasi akar masalah, akan menghilangkan khawatirkan bahwa tahun depan akan kembali terulang persoalan yang sama.


(Parwita Setya Wardhani)



Tentang Penulis - Parwita Setya Wardhani
Dosen & Kaprodi
Dosen & Kaprodi

Parwita

Parwita Setya Wardhani, S.E., M.Si. adalah seorang dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonimo Mahardhika, yang berdedikasi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta memiliki sertifikasi pendidik, aktif mengajar pada program Studi  Manajemen  STIE Mahardhika saat ini sedang menempuh program Doktor (S3 PSDM) di Universitas Airlangga - Surabaya.


Explor Your Next

Journey

Physiological respiration involves the meensure the composition of the functional residual.