Baju Baduy sebagai Simbol Presiden Mengajak Bangsa Pulang ke Akar Kebangsaan Sendiri

Langkah Presiden Jokowi memilih busana Baduy di acara kenegaraan pada tanggal 16 Agustus 2021 kemarin itu sangat tepat. Sebuah momentum yang pas di saat kita sebagai sebuah bangsa sedang berusaha bangkit dari keterpurukan, terutama keterpurukan ekonomi di Era Covid.

Busana adat Baduy yang dipakai Presiden adalah sebuah siloka atau perumpamaan yang mengandung makna sangat dalam dan luhur. Yakni menggambarkan ada kesadaran baru di pucuk pimpinam bangsa ini untuk bukan saja sekedar menghargai tradisi dan adat istiadat serta kearifan lokal bangsa sendiri yang mengandung nilai-nilai luhur, tetapi juga mengajak semua elemen bangsa untuk berkaca dan belajar banyak kepada kearifan lokal bangsa sendiri.

Dengan kata lain, Presiden ingin mengajak rakyat Indonesia dan segenap elemen bangsa untuk kembali "pulang" ke akar kebangsaan kita sendiri yang sesungguhnya setelah selama ini bangsa Indinesia cenderung terombang-ambang oleh gelombang pengaruh budaya luar hingga hampir kehilangan jati diri.

Akar bangsa kita adalah adat istiadat asli Indonesia yang tumbuh dan berkembang di bumi nusantara.

Kenapa Baduy yang dipilih, karena suku Baduy adalah suku yang tertua dan memiliki nilai-nilai luhur serta universal dimana semua adat yang ada di nusantara dan juga bangsa-bangsa lain di dunia mengakuinya.

Nilai-nilai luhur itu diantaranya ialah pola hidup sederhana, kerja keras, menjaga dan memelihara alam lingkungan, bersikap santun kepada semua mahluk Tuhan. Mengembangkan budaya menanam bukan budaya panen, dan budaya menerima segala perbedaan dan keragaman sebagai kekayaan dan keindahan kehidupan.

Nilai-nilai itulah yang membuat warga Baduy tetap survive, teguh, punya jati diri dan percaya diri serta terhindari dari jebakan pengaruh negatif modernisasi, namun bukan berarti tidak memahami perkembangan dan kemajuan jaman.

Dengan sikap itu pula orang Baduy termasuk kelompok warga yang bisa hidup sehat meskipun tanpa mengenal rumah sakit dan dokter. Mereka hidup damai tenteram jauh dari konflik meskipun tanpa aparat keamanan. Mereka bisa hidup sejahtera terhindar dari kemiskinan meskipun minus sentuhan tehnologi modern.

Itulah sedikit contoh dari sekian banyak nilai- nilai luhur yang mereka anut sehingga orang Baduy menjadi komunitas masyarakat paling imun dalam banyak hal, termasuk imun dari bencana pandemi covid. Ketika warga di seluruh dunia sibuk memerangi pandemi covid, orang Baduy justru hidup biasa saja tanpa ada perubahan sikap apapun. Hingga sekarang hanya komumitas Baduy di Indonesia bahkan dunia yang benar -benar terhindar dari tekanan pandemi covid. Di Baduy hingga saat ini zero covid.

Nah, itulah pesan luhur yang ingin disampaikan Presiden Jokowi. Presiden ingin mengajak bangsa Indonesia merecovery kehidupan berbangsa dan kembali bangkit dari keterpurukan dengan cara "pulang" kembali ke akar dan membangun serta memelihara akar kebangsaan kita yang sesunugghnya.

Yakni mengajak rakyat agar bekerja keras, hldup sederhana dan mengembangkan budaya menanam, budaya memelihara. Sebaliknya mulai mengurangi budaya memanen (hedonis, rakus, merusak alam) yang selama ini cenderung menjadi prilaku yang melanda banyak warga Indonesia dan umumnya umat manusia di dunia.


Uten Sutendy, Budayawan, Penulis novel Baduy sebuah Novel, pemerhati kearifan lokal Nusantara.




Tentang Penulis - Uten Sutendy
Leadership Development
Leadership Development

Uten Sutendy

Uten Sutendy, karirnya sebagai penulis buku dimulai sebagai wartawan yang bekerja di beberapa media. Tahun 1990-an aktif sebagai wartawan di Media Indonesia. Kemudian hijrah ke Palembang dan Lampung Sumatera Bagian Selatan bekerja sebagai redaktur di Harian Umum Sumatera Expres dan Lampung Post, dua– duanya anak perusahaan Media Indonesia Group. Dunia broadcasting pun ditekuninya. Pada tahun 1995 saat menjadi Manajer Program pada Radio Kharisma FM Lampung, beliau mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (SETIAL)Bandar Lampung. Di tengah kesibukannya sebagai wartawan, dosen, penyiar, bersama teman- teman aktivis, penulis, dan akademisi, ia mendirikan Forum for Information and Regional Development Studies (FIRDES), sebuah forum diskusi untuk kajian pembangunan daerah.

Pada tahun 1994, ia mendapat undangan dari Kedutaan Besar Malaysia dan Brunei Darussalam untuk studi komparasi perkembangan Pers ASEAN. Kesempatan itu ia pergunakan juga untuk penelitian Kebud ayaan Melayu Baru di beberapa negara meliputi Brunai Darussalam, Malaysia, Singapura dan Pattani, sebuah wilayah komunitas Melayu Muslim di Thailand. Tahun 1995, pria kelahiran 04 April 1966 ini, kembali ke Jakarta, bekerja di beberapa media, diantaranya di Harian Umum Berita Yudha, Redaktur Majalah Ekonomi dan Agrobisnis, Tropis, sebelum kemudian aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) DKI Jakarta tahun 1998 sebagai sekretaris eksekutif dan di Kamar Dagang dan Industri (KADIN), serta di Ormas Nasional Demokrat (NASDEM). Kini sarjana filsafat dari UIN Jakarta ini aktif selain sebagai penulis buku, dosen, juga Presiden Direktur Media Komunika, perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultan media, public relation, publishing dan event organizer. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan yang dipimpinnya banyak menerbitkan buku-buku, majalah dan tabloid.

Buku-buku yang pernah ditulis dan disunting bersama teman-temannya, antara lain Editorial Kehidupan Surya Paloh (Pemilik Media Indonesia Group dan Metro TV), Kiat Sukses Menjadi Pengusaha (LP3I, Jakata 1998), Merumuskan Kembali Konsep Ke-Indonesiaan, Menuju Rekonsiliasi Politik, Budaya dan Restrukturisasi Ekonomi (Lembaga Pengkajian Strategis FKPPI 2001).

Buku-buku karya pribadinya ialah Kesetiaan, Kejujuran, dan Kesederhanaan untuk Bangsa (Suara Pembaharuan 2002), Perjuangan, Pemikiran dan Pengabdian Rahmat Shah (Konsul Kehormatan Republik Turki untuk Sumatera Utara dan Pemburu Internasional), Biografi Perjuangan Mutiara, Pengabdian dan Kesetiaan Tiada Akhir Isteri Seorang Pejuang (Media Komunika, Banten, 2007), dan Damai dengan Alam, Kearifan Hidup Orang Baduy (Media Komunika 2010), Bait Cinta di Tanah Baduy (Glow Communication, 2015), “Menguak Tabir Surga, Kumpulan Puisi”, 2017 (HW Project, Jakarta), “Menuju Jalan Baru”, 2016 (Citra Media Jakarta).

Explor Your Next

Journey

Physiological respiration involves the meensure the composition of the functional residual.