Analisi Motivasi Kerja Tenaga Pendidik Dalam Mendukung Tugas Pokok (KODIKLATAL)

1           LATAR BELAKANG .

Indonesia adalah Negara Kepulauan (Archipelagic State) terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.506 pulau, dua pertiga wilayahnya (70 %) terdiri dari perairan laut dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta berada di antara dua samudera, Pasifik dan Hindia. Melalui Sidang PBB di Montego Bay tentang Hukum Laut Internasional telah diakui pokok-pokok asas Negara Kepulauan yang dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law of the Sea) yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ZEE bagi kepentingan kesejahteraan dan pembangunan nasional. 

Menurut UU no. 34 Tahun 2004 tentang TNI, pasal 9, Tugas TNI AL yaitu menyiapkan dan membina kekuatan untuk  menegakkan kedaulatan dan keutuhan NKRI serta melindungi kepetingan nasional di laut yurisdiksi nasional. Mengawal laut yang sedemikian luasnya merupakan tugas berat bagi TNI AL, dengan tugas yang berat itu, dibandingkan dengan jumlah pengawak  organisasi TNI AL yang sangat terbatas, maka dibutuhkan prajurit TNI AL yang  professional dan berkualitas yang mampu bekerja dengan baik, untuk mencapai tujuan organisasi TNI AL sesuai yang diamanatkan undang undang. TNI Angkatan Laut dalam melaksanakan peran sebagai kekuatan pertahanan negara di laut perlu membangun, membentuk dan meningkatkan kualitas SDM-nya, hal ini dilaksanakan dalam upaya memperoleh kemampuan dan penampilan prajurit TNI AL yang profesional yang ditunjukkan dengan kinerjanya, dengan dilandasi jiwa Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Trisila TNI Angkatan Laut, secara terpadu, berlanjut konsisten dan seimbang dengan diberikan bekal kemampuan melalui pendidikan dan penugasan.[1]

Komando  Pendidikan dan Latihan  TNI Angkatan Laut (Kodiklatal) adalah salah satu lembaga pendidikan TNI Angkatan Laut yang merupakan Komando Utama Pembinaan TNI Angkatan Laut dan berkedudukan langsung dibawah Kasal dengan memiliki tugas pokok dalam menyelenggarakan pendidikan formal TNI AL dan non formal yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan kualitas prajurit TNI AL, melaksanakan pengkajian dan pengembangan doktrin operasi laut dan doktrin operasi amfibi tingkat taktik serta pengkajian dan pengembangan dukungan umum operasi laut dan operasi amfibi  tingkat taktik.[2]  Dalam rangka menyelenggarakan pendidikan formal TNI AL, Kodiklatal melaksanakan pendidikan pertama (Dikma), pendidikan pembentukan (Diktuk), pendidikan pengembangan umum (Dikbangum), pendidikan pengembangan spesialisasi (Dikbangspes), pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dikiptek), pendidikan peralihan (Dikalih) dan pendidikan yang dibutuhkan dalam rangka peningkatan kualitas personel Angkatan Laut.

Falsafah pendidikan TNI Angkatan Laut[3], yaitu  “Dwi Warna Purwa Cendekia Wusana”,  mengandung arti bahwa setiap Prajurit TNI AL terlebih dahulu dibentuk dan diberdayakan sebagai Prajurit Pejuang Sapta Marga (Dwi Warna Purwa) dan selanjutnya sebagai Prajurit profesional Matra Laut yang mahir dan terampil dalam melaksanakan tugas (Cendekia Wusana) sebagai kekuatan pertahanan Negara.

Secara lebih mendalam falsafah tersebut memiliki arti bahwa dihadapkan pada tuntutan dan tantangan tugas yang dihadapi oleh Prajurit TNI AL, maka pendidikan jiwa kejuangan dan kesamaptaan jasmani lebih diutamakan dan selanjutnya pendidikan kompetensi, yaitu mulai pemberian pengetahuan untuk menjadi cakap, pelatihan untuk menjadi cekatan, penugasan untuk menjadi cerdik, pengalaman untuk menjadi cerdas dan penghayatan akan tugas, fungsi dan peran sebagai kekuatan utama pertahanan Negara Matra Laut sehingga terbentuk Prajurit TNI AL yang cendekia[4],  Untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut maka diperlukan berbagai perangkat pendidikan baik berupa sarana prasarana pendidikan maupun sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mencapai keberhasilan tugas pokok  pendidikan TNI Angkatan Laut secara optimal.

Tugas pokok lembaga pendidikan TNI AL, tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sistem  pendidikan TNI Angkatan  Laut yang mencakup 8 (delapan) aspek pendidikan dan 10 (sepuluh) komponen pendidikan[5]. Pada 10 (sepuluh) komponen pendidikan, terdapat 2 (dua) aspek utama dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu  ketersediaan tenaga pendidik (Gadik) atau dalam istilah lain disebut guru militer (Gumil) serta siswa sebagai peserta didik.

Tenaga pendidik sebagai salah satu dari 10 Komponen  pendidikan merupakan factor dominan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pendidikan. Tenaga pendidik  merupakan personel yang telah menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi dalam suatu mata pelajaran tertentu yang diampu untuk selanjutnya melalui suatu proses pendidikan, mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi tersebut kepada seorang siswa/ peserta didik dilingkungan Lembaga pendidikan TNI/TNI AL. Peserta didik  adalah sebutan umum untuk Pasis, Kadet Taruna, Siswa, Anak didik, Pelajar , murid dan sebagainya sesuai dengan sebutan yang berlaku di lembaga pendidikan masing masing[6].  Keterpaduan antara Tenaga  pendidik  dengan siswa akan berlangsung secara terus menerus sesuai dengan jangka waktu  berlangsungnya pendidikan.

Tenaga Pendidik (Gadik) atau guru militer (Gumil) di lingkungan TNI Angkatan Laut adalah prajurit/PNS TNI Angkatan Laut merupakan  ujung tombak dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Lemdik TNI AL[7], merupakan  salah satu faktor yang sangat mewarnai hasil didik Kodiklatal, baik itu strata Perwira, Bintara, maupun Tamtama. Tenaga Pendidik (Gadik)   bernaung di bawah struktur organisasi Kelompok Tenaga Pendidik (Pokgadik) Komando Pendidikan dan Latihan TNI AL (Kodiklatal).  Dengan demikian posisi Tenaga Pendidik (Gadik) sangat penting dan strategis serta merupakan  asset  pokok lembaga pendidikan dalam mendukung tugas pokok Kodiklatal. Sumber daya Manusia (SDM)  tenaga pendidik, merupakan kebutuhan dalam suatu Lembaga Pendidikan. Perlu adanya upaya upaya untuk mempertahan kan motivasi kerja para tenaga pendidik agar dalam menjalankan tugasnya dapat berjalan dengan baik demi tercapainya tugas pokok Kodiklatal tersebut.

 

  1. SUMBER DAYA MANUSIA TENAGA PENDIDIK

Sumber daya manusia (SDM) adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannnya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.[8]  Sumber daya manusia merupakan asset organisasi yang paling penting dan membuat sumber daya organisasi lainnya menjadi bekerja. Tanpa ketersediaan sumber daya manusia yang menguasai bidang tugasnya, maka sumber daya lainnya tidak akan maksimal sehingga kurang bermanfaat bagi organisasi, dalam hal ini organisasi lembaga pendidikan.  Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia yang bekerja dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia merupakan potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan  demikian, agar sumber daya manusia tersebut memiliki potensi dan mampu mewujudkan eksistensi dalam organisasi, maka sumber daya manusia tersebut harus profesional. 

Untuk menciptakan Tenaga pendidik  yang  profesional dan berkualitas di Kodiklatal, akan dapat tercapai apabila syarat-syarat sebagai seorang Tenaga pendidik  terpenuhi. Beberapa persyaratan tenaga pendidik (Gadik)  secara umum  adalah sebagai berikut[9] :

  1. Berjiwa Pancasila.
  2. Memiliki kepribadian dengan sifat-sifat/penampilan yang dapat diteladani.
  3. Memiliki kesamaptaan yang baik/memenuhi syarat.
  4. Memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dalam arti paling sedikit harus memiliki sertifikat setingkat dengan lulusan lembaga pendidikan tempat tugasnya.
  5. Menguasai ilmu pendidikan dan keguruan.
  6. Berpengalaman cukup dalam tugas-tugas tertentu atau mempunyai masa dinas yang dapat dianggap cukup menurut ketentuan Mabes TNI Angkatan Laut.
  7. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknik dan metode pengajaran.
  8. Memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan kepada orang lain.
  9. Memiliki prestasi pendidikan dalam kelompok cukup baik.

Dengan demikian, didalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab  sebagai seorang tenaga pendidik, akan dapat diukur kinerjanya.  Menurut Malayu S.P. Hasibuan (dalam Yani, 2012)[10],  kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja Tenaga pendidik berorientasi pada kualitas Tenaga pendidik   dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga akan tercermin pada tingkat produktivitas tenaga pendidik tersebut terhadap kualitas hasil didik. Kinerja merupakan  perwujudan kerja dari tenaga pendidik, karena itu kinerja merupakan out-put dari tugas dan tanggung jawab seorang tenaga pendidik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja Tenaga pendidik  adalah  motivasi.

 

  1. MOTIVASI KERJA

Motivasi  muncul akibat dari adanya kebutuhan. Kebutuhan manusia akan sangat dipengaruhi perasaan atau keinginan.  Kuat lemahnya motivasi akan menentukan kuat lemahnya tingkah laku, gerakan atau upaya seseorang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan keinginan dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut. Seseorang yang motivasinya rendah, maka semangat kerja atau sikap, tingkah laku dan hasil kerja serta produktivitasnya akan rendah tidak sesuai yang diharapkan oleh perusahaan . Demikian pula dengan sebaliknya, seseorang yang memiliki motivasi tinggi, akan terlihat pada semangat kerja, hasil kerja dan produktivitas yang tinggi[11]. Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland (seorang pakar psikologi dari Universitas Harvard di Amerika) adalah:

  1. Menyukai tanggungjawab untuk memecahkan masalah.
  2. Cenderung menetapkan target yang sulit dan berani mengambil risiko.
  3. Memiliki tujuan yang jelas dan realistik.
  4.  Memiliki rencana kerja yang menyeluruh.
  5.  Lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang hasil prestasinya.
  6.  Senang dengan tugas yang dilakukan dan selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna.

Sebaliknya, ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi berprestasi rendah adalah:

  1. Bersikap apatis dan tidak percaya diri.
  2.  Tidak memiliki tanggungjawab pribadi dalam bekerja.
  3.  Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas.
  4.  Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
  5.  Setiap tindakan tidak terahan dan menyimpang dari tujuan. 


Menurut  Uno[12], motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu  yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan- kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya suatu tujuan tertentu, atau dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat  entusiame nya dalam melaksanakan suatu kegiatan. Menurut  Sondang P Siagian  (2009:294),  motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu :

Motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang (Motivasi Instrinsik).

1)  persepsi seseorang mengenai diri sendiri;

2)  harga diri;

3)  harapan pribadi;

4)  kebutuhan;

5)  keinginan;

6)  kepuasan kerja; dan

7)  prestasi kerja yang dihasilkan.

 
Motivasi yang bersumber dari luar diri seseorang (Motivasi Ekstrinsik).

1)  jenis dan sifat pekerjaan;

2)  kelompok kerja dimana seseorang bergabung;

3)  organisasi tempat bekerja;

4)  situasi lingkungan pada umumnya; dan

5)  sistem imbalan yang berlaku serta cara penerapannya.

 

Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang atau motivasi internal (Motivasi Instrinsik)  mempunyai dua unsur, yaitu berupa daya dorong untuk berbuat  (Need) dan sasaran atau tujuan (Motive) yang akan diarahkan oleh perbuatan itu. Dua unsur inilah (daya dorong dan sasaran) yang membuat seseorang mau melakukan kegiatan dan sekaligus mencapai apa yang dikehendaki melalui kegiatan tersebut (Motivasi).  Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan, karena bila salah satu unsur tidak ada maka tidak akan timbul suatu kegiatan.  Menurut Sri Mulyani Martiah (1982) dalam Sahlan Asnawi (2007) Sumber dari motivasi kerja[13] diantaranya  adalah adanya kesempatan untuk berkembang, jenis pekerjaan yang dilakukan, serta adanya perasaan bangga menjadi bagian dari organisasi dimana seseorang tersebut bekerja. Di samping itu, motivasi kerja juga dipengaruhi oleh perasaan aman dalam bekerja, gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja, serta perlakuan yang adil dari pimpinan.

 

 

  1. MOTIVASI KERJA GADIK DALAM MENDUKUNG TUGAS POKOK KODIKLATAL.

Kodiklatal sebagai salah satu lembaga pendidikan TNI Angkatan Laut merupakan “Kawah Chandradimuka” bagi prajurit-prajurit TNI Angkatan Laut,  dimana Kodiklatal mengemban tugas berat untuk melahirkan, membentuk dan mencetak prajurit-prajurit matra laut sesuai dengan visi TNI Angkatan Laut yang berkelas dunia. Pelaksanaan tugas pokok Kodiklatal, sangat berhubungan erat dengan hasil didik dan peran aktif Tenaga pendidik  dalam mengajar, melatih, membimbing dan mengasuh prajurit atau calon prajurit TNI Angkatan Laut yang sedang menjalani pendidikan, dari tingkat Tamtama, Bintara. Perwira maupun PNS TNI AL.  Tenaga pendidik (Gadik)  Kodiklatal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara organisasi berada dalam wadah Kelompok Tenaga Pendidik (Pokgadik) Kodiklatal, adalah unsur pembantu pimpinan dan staf pada tingkat Mako Kodiklatal yang bertugas dalam bidang  pengajaran, pelatihan, pembimbingan dan pengasuhan siswa, aspek kemimbarajaran, serta pengendali mutu/kualitas di bidang pengajaran, latihan dan pembimbingan siswa.[14]

Sesuai dengan Daftar Susunan Personiil (DSP) tahun-2012 jumlah personil di Pokgadik terdapat 29 orang 7 (Tujuh) diantaranya adalah jabatan struktural, namun demikian, kenyataannya kondisi saat ini  daftar personil riil terdapat 74 orang Gadik[15] yang terdiri dari 29 Gadik Utama, 23 Gadik Madya, 8 Gadik Muda dan 3 Gadik Pratama. Dimana  Gadik utama berpangkat kolonel, Gadik Madya berpangkat Letkol, Gadik Muda berpangkat Mayor serta Gadik pratama berpangkat Kapten/PNS.   Dari jumlah Gadik riil 74 orang, (kecuali 7 (Tujuh) pejabat struktural sesuai  DSP-2012),  Gadik yang lain adalah jabatan luar formasi (LF).

Jabatan Gadik  Utama Luar Formasi  ini adalah para Kolonel yang memiliki jabatan luar formasi dengan kelas jabatan 9 (sembilan), yang tidak tercantum dalam struktur  organisasi Kelompok Tenaga Pendidik Kodiklatal.  Jabatan Gadik Utama Luar Formasi (LF) dengan kelas jabatan 9 tersebut,  merupakan jabatan yang unik,  mengingat di lembaga pendidikan TNI Angkatan Laut lainnya (Seskoal , STTAL dan AAL) tidak terdapat jabatan Kolonel luar formasi (LF) dengan kelas jabatan 9.  Kondisi ini menyebabkan motivasi  Gadik utama luar formasi di Kodiklatal, mengalami  penurunan motivasi sehingga berdampak sistemik pada menurunnya kinerja Gadik secara umum. Indikator  menurunnya kinerja Gadik dapat dilihat pada aktifitas  harian, menurunnya minat dan aktifitas mengajar, minimnya hasil karya ilmiah dan akademik yang disusun Gadik, kurangnya pengembangan diri dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, selain itu kurangnya ketrampilan pedagogik dan wawasan keilmuan bidang studi yang dikuasai.

Lebih lanjut, tanda-tanda sikap karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja adalah:

  1. Tidak bersedia bekerja sama
  2. Tidak mau menjadi sukarelawan
  3. Selalu datang terlambat, pulang awal dan mangkir tanpa alasan
  4. Memperpanjang waktu istirahat dan bermain game dalam waktu kerja
  5. Tidak menepati tenggat waktu tugas
  6. Tidak mengikuti standar yang ditetapkan
  7. Selalu mengeluh tentang hal sepele
  8. Saling menyalahkan
  9. Tidak mematuhi peraturan

Implikasi dari semakin  melemahnya motivasi tenaga pendidik (Gadik) utama luar formasi dan perwira lain  yang ditempatkan sebagai tenaga pendidik, adalah akan semakin melemahkan citra tenaga pendidik (Gadik) di Lembaga Pendidikan TNI AL, yang selama ini  identik dengan anggapan bahwa jabatan sebagai tenaga pendidik adalah jabatan yang tidak strategis, dan cenderung dipandang sebelah mata sebagai jabatan yang tidak berkelas. Anggapan seperti ini,  sekecil apapun akan menjadi penghambat bagi tenaga pendidik dan  guru militer dalam mendukung  pelaksanaan tugas pokok Kodiklatal untuk menyiapkan personil TNI AL yang profesional. 

Gadik  Utama Luar Formasi  ini adalah Personel TNI Angkatan Laut yang menyandang pangkat Kolonel dan telah lama mengabdi  kepada TNI Angkatan Laut, tentunya mengharapkan penghargaan yang setara dengan pengabdian yang telah diberikan. Penerimaan penghargaan yang sesuai dengan pengabdian yang diberikan, tentunya secara langsung akan memelihara atau menjaga motivasi seseorang. Penempatan jabatan dan  kelas jabatan yang kurang sesuai dengan pangkat yang disandang  akan berimbas terhadap menurunya motivasi kerja Gadik bersangkutan, sehingga motivasi Gadik yang bersangkutan akan terpengaruh dalam menjalankan pekerjaannya. Akibat lebih lanjut adalah menurunya kinerja.

Kondisi  yang diharapkan  dalam  pencapaian  tugas pokok  Kodiklatal ialah apabila ada sinergitas transfer ilmu pengetahuan  dari Program pendidikan yang sedang berjalan dengan baik antara para tenaga pendidik (Gadik/ Gumil) kepada siswa didik, dengan hasil optimal. Upaya-upaya konkrit  untuk meningkatkan dan menjaga konsistensi dalam melaksanakan kinerja yang optimal dari para tenaga pendidik, diharapkan dapat mencetak   hasil didik yang professional, sebagai   pengawak Sistim Senjata Armada Terpadu (SSAT).

Suatu hal yang perlu diperhatikan agar karyawan dan perusahaan tidak mengalami kerugian akibat penurunan motivasi, adalah perlu mengatasi masalah tersebut dan mencegah dengan berupaya mengantisipasi kondisi yang terjadi. Beberapa pendekatan untuk mengatasi atau mengurangi kekurangan semangat dan motivasi dalam melaksanakan pekerjaan adalah dengan pendekatan kuratif dan pendekatan preventif.

Pendekatan Kuratif atau mengatasi

Adalah melihat apakah masalah yang menimbulkan pengaruh pada motivasi penting atau tidak dalam pekerjaan. Apabila masalahnya tidak terlalu penting maka   tidak perlu merasa putus asa. Tetapi bila ternyata masalah itu penting dalam pekerjaan, maka bicara secara terbuka dan langsung dengan pihak yang berwenang untuk mendapatkan solusi  sehingga jalan keluarnya dapat ditemukan,  

Pendekatan Antisipatif

Karyawan sebaiknya bekerja dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya berusaha menenangkan hati sewaktu bekerja dan jangan terganggu dengan perasaan gelisah. Bila merasa gelisah karena hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, maka sebaiknya menenangkan diri di luar ruang kerja dengan cara yang diyakini berhasil.

 

  1. KESIMPULAN

Salah satu faktor yang sangat mewarnai hasil didik Kodiklatal, baik itu strata Perwira, Bintara, maupun Tamtama, adalah Tenaga Pendidik. Tenaga pendidik (Gadik) atau Guru Militer (Gumil) merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Lemdik TNI AL (Kodiklatal). Namun sangat ironis karena Jabatan tenaga pendidik (Gadik) atau guru militer (Gumil) , secara umum dianggap kurang memiliki penghargaan dan cenderung dipandang sebelah mata, sebagai jabatan yang tidak berkelas apabila dibandingkan dengan jabatan-jabatan struktural lainnya dalam organisasi TNI Angkatan Laut. Paradigma tersebut sangat bertolak belakang dengan tugas pokok Komando Pendidikan dan Latihan TNI AL (Kodiklatal) yang dituntut untuk menghasilkan sosok prajurit TNI AL yang berkualitas dunia, sebagai pengawak organisasi TNI AL. Perlu adanya upaya konkrit  untuk meningkatkan motivasi  dan menjaga konsistensi pelaksanaan kinerja yang optimal dari para tenaga pendidik, dengan demikian diharapkan dapat mencetak   hasil didik, prajurit TNI AL, yang professional, sebagai   pengawak Sistim Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL.

 

[1] Kepala Staf Angkatan Laut, Pola Pendidikan Prajurit TNI AL, Jakarta, 2008, p.3

[2] Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut: Perkasal/44/VII/2008 Tanggal 2 Juli 2008 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Kodiklatal

[3] Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut: Perkasal/1/I/2011 Tanggal 6 Januari 2011 tentang Petunjuk Teknik Pembinaan Tenaga Pendidik TNI Angkatan Laut.

[4]  http://disdikal.tnial.mil.id:8000/?page=Falsafah-Pendidikan ( diakses 10 Maret 2016 jam 09.00)

[5] Bujukmin Dik TNI AL, Kep Kasal Nomor Kep/ 1435 / X / 2012 tanggal 4 Oktober 2012

[6] Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut: Perkasal/1/I/2011 Tanggal 6 Januari 2011 tentang Petunjuk Teknik Pembinaan Tenaga Pendidik TNI Angkatan Laut.

[7] Tim Penyusun STTAL (2014), Kamus Istilah Pendidikan TNI AL & Umum, Surabaya, STTAL, hal 14

[8] Yani, M (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Mitra Wacana Media, hal 39

[9] Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut: Perkasal/1/I/2011 Tanggal 6 Januari 2011 tentang Petunjuk Teknik Pembinaan Tenaga Pendidik TNI Angkatan Laut

[10] Yani, M (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Mitra Wacana Media, hal 117

[11] ADIE E. YUSUF, Pengaruh Motivasi Terhadap Peningkatan Kinerja,  https://teknologikinerja.wordpress.com/2008/05/06/pengaruh-motivasi-terhadap-peningkatan-kinerja/ diakses 10 maret 2016 jam 09.45

[12] Hamzah B. Uno, 2012, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta, Bumi Aksara, hal 1

[13] Asnawi, Sahlan (2007), Teori Motivasi, Studio Press, Jakarta.

[14] Peraturan Kepala Staf Angkatan Laut: Perkasal/44/VII/2008 Tanggal 2 Juli 2008 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Kodiklatal 

[15] Data Riil Personil  Pokgadik, Maret 2016.

Tentang Penulis - Heribertus Yudho Warsono
Komandan Lantamal VII Kupang
Komandan Lantamal VII Kupang

Heribertus Yudho Warsono

Dr Heribertus Yudho Warsono SE, MM, MTr Opsla, CHRMP, CIQnR, CIQaR, CRMP adalah Komandan Lantamal VII Kupang.


Explor Your Next

Journey

Physiological respiration involves the meensure the composition of the functional residual.